Aku cinta dia
Malam itu ketika aku melihat indra sedang berdua dengan seorang wanita , aneh damn kaget kenapa indra mengundangku ke kafenya malam ini, " makan malam bareng yuk , aku mau memperkenalkan seseorang kepadamukepadamu"," siapa ndra yang mau kamu kenalin ?" " nanti juga kamu tahu shaz". itulah sms indra siang tadi di hpku kusimpan pertyaan dengan rasa yang berbeda siapa yang akan diperkenalkan oleh indra ke aku padahal semua orang yang dekat dengan indra bahkan keluarga indra aku mengenalnya" hi shaz sendiri aja", sambut indra degan pertanyaan dan senyuman yang sangat kaku" sorry agak terlambat , tadi jalan macet" " kenalin shaz ini Dewi calon istriku", Prak.. entah apa yang terjadi dalam hatiku rasanya hancur berkeping_kepingtiada cahaya , gelap sekali padahal kafemilik indra malam itu sangat terang benderang, sunyi senyap tiada sura inikah patah hati tuhan,,, benarkah , kenapa indra menyebut dengan kata2 calon istriku Indra apakah kamu tidak tahubahwa aku sangat mencintaimu, tidak cukupkah pengorbananku selama ini, terbuat dari apakah hatimu indra...kenapa kau hancurkan hatiku?, kututpirasa gemuruh dalam bathinku,kucoba membimbingnya , kucoba mengerti semuanya tapi apa yang di mengerti? 'Shazi" sambil kusodorkan tangan kepada perempuan itu, "dewi" perempuan itu menyambutku, aku tahu dia sangat perasaanku saat itu,kenapa kau ambil indra dariku, tidak tahukah bahwa aku sangat mencintai dan mendambakanya menjadi suamiku, bisiku di dalam hati " Shaz aku mau menikah setelah minggu depan, aku mau kamu jadi ketua EO nya " suara Indra membuat aku sadar bahwa aku sedang berada di dunia nyata yach.. kenyataan indra akan menikah, " apa ndra kamu akan menikah?, apakah tidak terlalu cepat, bagaimana dengan project kita di jepang, dan kenapa harus aku yang menjadi ketua panitia pernikahanmu"? ku brondong indra dengan pertayaan " sudah kusiapkan semua jawaban atas pertanyaan mu ini shaz, tapi please aku tidak akan menjawabnya mlam ini, please bantu aku untu yang terakhir kali, please aku mohon hanya kamu yang bisa menolong aku saat ini" pegangan tangan indra sangat kuat malam itu di tanganku , kul;ihat wajah perempuan itu dari tadi dia sungguh tidak protes ketika indra memgang tanganku erat.., dia hany a terdunduk " ndra sapa dewi aku tidak mengenelnya,?" " dia anak rean bisnis papahku" " please shaz. please, please" tak kuasa menolak permintaan laki2 yang sangat aku cintai "baiklah ndra aku akan bantu, tapi jelaskan semuanya kepadaku ndra" " ok shaz, nanti aku jelasin semuanya kekamnu setelah pernikahanku" ***29-09-2009 09.00 wib hari itu Indra terlihat sangat tampan dengan stelan jas pengantin warna putih, oh indra kenapa bukan aku di samping mu kenapa harus dewi, kulihat wajah indra tidak cukup bahagia entah ada apa sebenanya yang terjadi, kulihat wajah dewipun tidak bercahaya pagi itu padahal hari ini harusnya mereka bahagia, tidak seperi aku, aku sesungguhnya kecewa da sangat tidak rela membiarkan indra mengucap jajnji sucinya buat perempuan lain, yach.. seharusnya janji itu hanya untuk aku, karena aku tahu walaupun indra tidak pernah mengungkapkan perasaannya , aku sngat tahu bahwa indra menginginkan aku menjadi istrinya****1-10-2009 lelah rasanya hatiku entah betapa berat beban yang kurasakan kehilangan indra untuk selama-lamanya yach tak mungkin aku bersama dia lagi dan mengharapkannya, " hai shaz, bisa ketemu aku di tempat biasa" tlp indra tadi siang " buat apa ndra?, aku ketemu kamu lagi, rasanya hatiku sudah hancur ndra' " shaz aku janji akan menjelaskan semuanya kepadamu dan inilah saatnya", "OK ndra di tempat biasa jam 4 sore ini" "ok shaz, thank you yach bye2","bye2**16.30 wib " maafkan aku shaz aku tahu kamu mencintaiku , aku juga sangat mencintaimu shaz" " sudahlah ndra kamu sudah menikah tidak boleh kamu bilang seperti itu" " tapi ini semua sungguh2 aku tidak pernah mencintai dewi dia sudah hamil shaz" "what?" "iya dia hamil tapi bukan anakku yang di kandungnnya , " " trus kenapa kamu mau menikah dengan dia" " demi papah shaz, demi dia aku menikah dengan dewi, ayah dewi adalah sahabat papah dan rekan bisnis yang sangat dekat" " bagaimana dengan laki2 yang telah menghamili dewi ", " ga jelas shaz dia di luar negeri" " oh.. jadi ini semua permasalahannya, sesungguhnya aku sangat tidak rela melepas kamu ndra karena aku sangat mencintaimu" " sama shaz aku juga sangat mencintaimu, tapi bagaimana ? inilah hidupku shaz, maafkan aku shaz" kugenggam erat tangan indra rasanya tak ingin melepaskanya dan kupeluk penuh dengan kemesraan rasanya tak ingin melepaskannya untuk selamnya " maafkan aku ndra seharusnya aku tidak meemlukmu seperti ini karena kamu sudah menjadi milik orang lain " " aku bahagia shaz memeluk kamu wlwpun ini yang terakhir kali' " Semoga kamu bahagia bersama dewi indra "" sama shaz semoga kamu menemukan laki2 sebaik kamu, yang menjaga kamu selaamanya"
Cinta sampai mati
Siang Pak Rafi, sapa karyawanku ketika dia melintas di hadapanku. Ya namaku adalah Rafi, nama yang diberikan orangtuaku padaku 30 tahun lalu yang mempunyai arti gunung yang tegar seperti adanya aku. Apapun yang terjadi aku tetap tegar setegar gunung sepeti 7 tahun lalu saat aku ditinggal oleh wanita yang sangat aku sayang dan cintai, dia memutuskan menikah dengan orang lain yang entah apa sebabnya, karena aku sangat tau dia, dia pun sangat sayang dan cinta padaku, gadis itu bernama Arum, yang berarti harum seperti adanya dia.7 tahun telah berlalu, akupun telah mempunyai keluarga tapi sangat sulit bagiku tuk melupakan Arum, wanita yang telah membawa separuh hatiku atau bahkan lebih. Aku bisa berkata demikian karena aku sering mambanding bandingkan istriku dengan Arum, dan Arum mempunyai banyak kelebihan daripada istriku. Aku tak bisa menghapusnya dari ingatanku walau sekarang akupun dah mempunyai seorang putra.Apalagi seminggu yang lalu secara tak sengaja ku bertemu dengan wanita yang masih di hatiku, ya aku bertemu Arum. Sempat aku tertegun melihatnya karena dia g banyak berubah hanya sekarang dia agak kurusan tidak seperti terakhir kami bertemu 7 tahun lalu."Arum" sapaku "Eh mas Rafii, bagaimana kabarnya mas?" tanyanya "alhamdulillah baik, kapan pulang ke sini karena kudengar kamu kan di Riau ikut suami?" tanyaku menahan rasa penasaranku juga gembira bisa bertemu dengan wanita yang kucintai walau kutau kami sama sama telah berdua. "Aku sudah 2 bulan di sini mas, aku sama anak-anak saja, mereka kangen neneknya" "kalau papahnya mana, kenapa g' ikut" tanyaku penuh selidik "Papahnya kemarin hanya mengantar aja mas, lalu kembali lagi karena tuntutan kerjaan" jawabnya, aku g' terpikir kalau kita ngobrol di jalan, lalu tanpa sungkan kuajak Arum tuk mampir makan, tapi sayang dia menolaknya, karena dia sudah lama meninggalkan anak-anaknya bersama neneknya, tapi dia memberi no hpnya padaku.Karena rasa gembiraku bertemu lagi dengan Arum, sesampainya di rumah kuberanikan diri telp tanpa setau istriku, dan Arum menyambut telpku dengan suka cita, itu yang kutangkap dari suaranya saat bicara. Acara saling telppun terus berlanjut, kami saling melepas rindu lewat telp, dan dari saling telp juga aku jadi tau bahwa 7 tahun lalu g' ada kesengajaan darinya meninggalkan aku, Arum terpaksa, dia telah dijodohkan oleh orang tuanya. Dan dia juga masih sangat mencintaiku walau diapun telah mempunyai 2 putra, diapun mencintai suaminya walau dijodohkan, itu yang membuatku cemburu meski aku tau itu bukan hak ku.Dari saling telp, kami berlanjut ke pertemuan yang sebenarnya kami sama-sama tau kalau itu adalah perbuatan yang kurang sopan, tapi harus bagaimana lagi perasaan cinta diantara kami masih ada dan mungkin lebih dalam daripada kepada pasangan kita. Tapi yang sangat kuinginkan dari dulu dari Arum adalah menyentuhnya atau menciumnya, itu tak pernah kudapat dari dulu karena dia sangat menjaga diri. "Rum", langsung kugenggam tangannya dan kudekap dia, dan anehnya tak ada penolakan apapun darinya."Mas Rafi boleh melakukan apa saja padaku, aku g' akan menolak mas, sebagai penebus rasa bersalahku meninggalkan mas dulu" itu katanya.Aku tak bisa menerima kerelaan Arum begitu saja karena itu bukan sifatnya."Benarkah apa yang kamu ucapkan Rum?" Aku tau apa yang aku ucapkan mas, dan mas Rafi g' usah ragu untuk itu. Tapi pertemuan kami hari itu harus sampai di situ karena hp Arum berbunyi dan menyuruhnya tuk cepat pulang. "Mas, aku pulang dulu"pamitnya"aku antar saja rum, g' baik kamu pulang sendiri"tawarku, tapi jawabanya "maaf mas lebih baik aku pulang sendiri, apa kata orang bila melihat kita jalan berdua, dan tau bila masing-masing dari kita telah berkeluarga.Seminggu setelah pertemuan itu kami kembali bertemu, dia tampak lebih cantik dari biasanya, Arum dalam pembicaraan banyak meminta maaf, dan dia sering bilang kalau dia masih sangat mencintaiku sama seperti yang dulu, dan di akhir pertemuan kami dia inginkan aku tuk mencium keningnya, dan aku dengan senang hati mencium keningnya, entah mengapa saat aku mencium keningnya hatiku berdebar kencang yang aku sendiri tak tau apa artinya.Hari2 berikutnya kita masih saling telp hingga 1 bulan lamanya, tapi dalam setiap telp, kudengar suaranya yg lemas, tak bertenaga, setiap aku tanyakan katanya tak pa pa. Ku ajak bertemu dia selalu menolak tidak seperti kemarin-kemarin yang selalu meng iyakan setiap ku ajak bertemu tuk sekedar melepas rindu.Setelah dia selau menolak ajakan tuk bertemu, 2 minggu berikutnya ku hubungi dia lewat hpnya tapi selalu tak aktif, sampai 1 minggu aku sabar menunggu siapa tau dia akan menghubungi ku, karena dia masih sangat mencintaiku, tapi apa..ternyata tak ada telp ataupun sms dari Arum."Arum, inikah caramu menyakitiku tuk yang kedua kali" itu yang ada di benakku saat hasilnya nihil menunggu telp dari Arum. Aku seperti orang linglung, di kantor pekerjaanku tak pernah beres, di rumahpun istri dan anakku bingung melihat keadaanku yang seperti benang kusut.Akhirnya dengan sadar diri kuberanikan pergi ke rumah orang tua Arum tuk menanyakan kabar Arum. "Assalamu'alaikum" sapaku setelah sampai rumah Arum "Walaikumsalam, ehh.. nak Rafi ya, lama tidak bertemu, gimana kabarnya dan ada angin apa main ke sini?" tanya ibu Arum memberondongku"saya mau bertemu Arum bu" kataku.Tak kusangka raut wajah seorang ibu yang dulu hampir menjadi mertuaku mendadak berubah dan langsung menangis "Arum sudah pergi nak Rafi" "Pergi ke mana bu, apakah dia sudah kembali ke Riau bersama anak-anak" tanyaku "Tidak nak, Arum pergi tuk selamanya, dia sudah meninggal".Degg jantungku serasa berhenti mendengar penuturan ibunda Arum, benarkah dan benarkah Arum, wanita yang masih aku cintai telah meninggalkanku lagi, tapi ini tak akan bisa kutemui lagi."Arum meninggal karena apa bu?" tanyaku "Arum terkena kanker rahim nak Adi, dia sebenarnya sudah berobat ke banyak dokter, tapi Allah menghendaki lain, 1 bulan sebelum dia meninggal dia sering bepergian katanya mau bertemu teman-temannya, meninggalnyapun baru 3 minggu yang lalu nak Rafi, ohya sepertinya ada titipan surat dari Arum untuk nak Rafi, sebentar ibu ambilkan."tak lama kemudian ibunda arum kembali membawa amlop kecil dan tak berapa lama aku pamit pulang tak lupa kutanyakan dimana Arum dimakamkan, karena aku tak kuat bila lebih lama lagi di rumah orang tua Arum.
Sepulang dari rumah ibunda Arum, aku langsung menuju tempat di mana Arum dimakamkan, dan kubaca surat yang di tulis Arum untukku"Assalamu'alaikum mas Rafi, mas sebelumnya aku minta maaf bila aku buat banyak salah sama mas, dan aku tak pamitan kepada mas, karena aku tak mau membuat hati mas sedih memikirkan penyakitku, sebenarnya aku pulang ke kota ini, karena aku ingin tempat peristirahatanku yang terakhir di kota ini mas, di kota kelahiranku, di kota yang membawa banyak kenangan.Pertama bertemu mas aku sebenarnya ingin curhat tentang penyakitku, tapi sanggupkah aku menceritakan kesedihanku kepada orang yang kucintai, akupun tidak cerita kepada suamiku mas, karena mas Rafi dan suamiku mempunyai kedudukan yang sama di hatiku. Mas jalani hidup ini, bahagiakan istri dan anak mas,kan kubawa cinta ini sampai mati, mas maafkan aku."Tak terasa air mataku jatuh, Berarti pertanda-pertanda sebelum Arum meninggal sebenarnya sudah kurasakan tapi tak kusadari. Ya Allah inikah jalanmu untuk kami, kau pisahkan aku lagi dengannya, tapi ini bukan sementara, tapi selamanya Ya Allah. Engkau biarkan dia menanggung sendiri kesedihannya hingga akhir hayatnya, Kau biarkan dia membawa separuh hatiku bersamanya.Ya Allah aku percaya ini semua adalah yang terbaik yang kau pilihkan tuk kami, Ya Allah terimalah orang yang sangat kucintai, berilah dia tempat yang layak di sisi Mu, AMIENSetelah kubacakan beberapa doa yang aku mampu, aku pergi meninggalkan makam Arum, dan tak lupa kuberucap "Selamat jalan Arum, kan kukenang cintamu dalam hatiku, kan ku kenang saat-saat terakhir bersamamu, kucoba tuk jalani hidup ini seperti pintamu, walau sulit terasa, karena aku sangat mencintaimu."Aku harus tegar setegar gunung seperti namaku "RAFI"
Sepulang dari rumah ibunda Arum, aku langsung menuju tempat di mana Arum dimakamkan, dan kubaca surat yang di tulis Arum untukku"Assalamu'alaikum mas Rafi, mas sebelumnya aku minta maaf bila aku buat banyak salah sama mas, dan aku tak pamitan kepada mas, karena aku tak mau membuat hati mas sedih memikirkan penyakitku, sebenarnya aku pulang ke kota ini, karena aku ingin tempat peristirahatanku yang terakhir di kota ini mas, di kota kelahiranku, di kota yang membawa banyak kenangan.Pertama bertemu mas aku sebenarnya ingin curhat tentang penyakitku, tapi sanggupkah aku menceritakan kesedihanku kepada orang yang kucintai, akupun tidak cerita kepada suamiku mas, karena mas Rafi dan suamiku mempunyai kedudukan yang sama di hatiku. Mas jalani hidup ini, bahagiakan istri dan anak mas,
Cinta dan derita
Mereka bilang aku terlalu bodoh untukmu yang sudah menamatkan pendidikan sampai sarjana. Tidak sepadan denganku yang bahkan SMA pun tidak tamat. Mereka bilang aku terlalu miskin untukmu yang sudah dapat membeli rumah dan kendaraan sendiri. Tidak sepadan denganku yang hanya mampu mengontrak dan mencicil sepeda motor butut dengan susah payah. Mereka bilang status sosialku terlalu rendah darimu yang sudah mempunyai perusahaan sendiri. Mereka bilang aku terlalu hina untuk bersanding dengan bosku sendiri. Aku tidak pantas menjadi kekasihmu, bahkan kata mereka. Untuk menjadi temanmu saja aku tidak pantas. Kata mereka aku bukan yang terbaik untukmu.
Aku tidak pernah menyalahkan mereka. Karena tidak ada yang salah dengan perkataan mereka. Aku memang terlalu rendah jika dibandingkan denganmu. Tidak sepadan walau sudah dipaksakan. Mungkin mereka takut jika nanti kita menikah, kau tak bahagia denganku. Pemikiran mereka sangat realistis dan aku memahami itu. Aku memang pria bodoh, tetapi aku tidak sebodoh pria- pria yang tega menelantarkan istri dan anaknya sendiri. Aku pasti akan berusaha semampuku untuk mendapatkan uang demi menafkahi istri dan anakku bagaimanapun caranya, asalkan tidak melanggar batas- batas agama yang aku anut. Yang jelas, aku akan bertanggung jawab atas keluargaku nanti.
Aku tahu aku memang hina. Dan mereka bukanlah satu- satunya yang mengatakan demikian. Tiga kali aku menjalin hubungan dengan wanita dan tiga kali pula aku di perlakukan seperti itu oleh orang- orang terdekatnya. Oleh karena itu, aku tidak heran. Tapi entah bagaimana, kali ini aku lebih merasakan sakit hati dan kesedihan yang paling dalam. Bukan karena perkataan mereka. Tapi karena aku harus menerima kenyataan bahwa lagi- lagi aku harus kehilangan orang yang sangat aku sayangi. Aku menangisi diriku sendiri karena ketidakbergunaanku sebagai laki- laki.
Awalnya, kupikir bahwa segala penderitanku agar berakhir selelah aku menemukanmu. Dengan ucapan- ucapanmu yang begitu meyakinkanku, aku berharap bisa menyandingmu nanti. Rasa optimisku juga meningkat manakala saat kau mengundangku makan malam di rumahmu bersama keluargamu. Aku berharap bisa melamarmu malam itu juga.
Dengan mengenakan jas yang kau berikan kepadaku khusus untuk malam itu, aku menuju ke rumahmu dengan perasaan yang sulit untuk ku ucapkan. Tidak lupa kuselipkan kotak cincin di dalam saku jasku untuk melingkarkan isinya nanti di jari manismu. Langkah kakiku terasa ringan malam itu, saat kupacu motor bututku saja aku merasa seperti terbang. Sepeda motorku terasa sangat ringan saat ku kendarai. Entah bagaimana, perasaanku begitu bahagia pada malam itu. Seumur hidupku, tidak pernah kurasakan kebahagian yang teramat sangat seperti malam ini.
Ternyata kebahagiaanku hanya sampai pada saat itu saja, selebihnya aku kembali merasakan kepahitan yang sama seperti biasanya. Selama makan malam berlangsung, keluargamu mulai bertanya- tanya tentang diriku dan keluargaku. Setelah makan malam selesai, suasana menjadi hening, Lalu aku berinisiatif untuk melamarmu. Tetapi, ternyata lamaranku ditolak mentah- mentah oleh keluargamu. Aku tidak heran dengan semua itu apalagi dengan cacian dari mereka. Aku tahu bahwa lamaranku akan di tolak setelah kulihat perubahan di wajah mereka sewaktu aku menceritakan tentang diri dan keluargaku.
Aku tidak pernah menyalahkan mereka. Karena tidak ada yang salah dengan perkataan mereka. Aku memang terlalu rendah jika dibandingkan denganmu. Tidak sepadan walau sudah dipaksakan. Mungkin mereka takut jika nanti kita menikah, kau tak bahagia denganku. Pemikiran mereka sangat realistis dan aku memahami itu. Aku memang pria bodoh, tetapi aku tidak sebodoh pria- pria yang tega menelantarkan istri dan anaknya sendiri. Aku pasti akan berusaha semampuku untuk mendapatkan uang demi menafkahi istri dan anakku bagaimanapun caranya, asalkan tidak melanggar batas- batas agama yang aku anut. Yang jelas, aku akan bertanggung jawab atas keluargaku nanti.
Aku tahu aku memang hina. Dan mereka bukanlah satu- satunya yang mengatakan demikian. Tiga kali aku menjalin hubungan dengan wanita dan tiga kali pula aku di perlakukan seperti itu oleh orang- orang terdekatnya. Oleh karena itu, aku tidak heran. Tapi entah bagaimana, kali ini aku lebih merasakan sakit hati dan kesedihan yang paling dalam. Bukan karena perkataan mereka. Tapi karena aku harus menerima kenyataan bahwa lagi- lagi aku harus kehilangan orang yang sangat aku sayangi. Aku menangisi diriku sendiri karena ketidakbergunaanku sebagai laki- laki.
Awalnya, kupikir bahwa segala penderitanku agar berakhir selelah aku menemukanmu. Dengan ucapan- ucapanmu yang begitu meyakinkanku, aku berharap bisa menyandingmu nanti. Rasa optimisku juga meningkat manakala saat kau mengundangku makan malam di rumahmu bersama keluargamu. Aku berharap bisa melamarmu malam itu juga.
Dengan mengenakan jas yang kau berikan kepadaku khusus untuk malam itu, aku menuju ke rumahmu dengan perasaan yang sulit untuk ku ucapkan. Tidak lupa kuselipkan kotak cincin di dalam saku jasku untuk melingkarkan isinya nanti di jari manismu. Langkah kakiku terasa ringan malam itu, saat kupacu motor bututku saja aku merasa seperti terbang. Sepeda motorku terasa sangat ringan saat ku kendarai. Entah bagaimana, perasaanku begitu bahagia pada malam itu. Seumur hidupku, tidak pernah kurasakan kebahagian yang teramat sangat seperti malam ini.
Ternyata kebahagiaanku hanya sampai pada saat itu saja, selebihnya aku kembali merasakan kepahitan yang sama seperti biasanya. Selama makan malam berlangsung, keluargamu mulai bertanya- tanya tentang diriku dan keluargaku. Setelah makan malam selesai, suasana menjadi hening, Lalu aku berinisiatif untuk melamarmu. Tetapi, ternyata lamaranku ditolak mentah- mentah oleh keluargamu. Aku tidak heran dengan semua itu apalagi dengan cacian dari mereka. Aku tahu bahwa lamaranku akan di tolak setelah kulihat perubahan di wajah mereka sewaktu aku menceritakan tentang diri dan keluargaku.
Yang membuat aku heran adalah saat ayahmu tiba- tiba saja memarahimu karena dia merasa kamu telah membohongi keluarga. Aku heran mengapa dia mengatakan demikian. Saat aku melihat wajahmu, aku tahu jawabannya atas kemarahan ayahmu itu. Pantas saja selama tadi aku menceritakan segala kehidupanku kepada keluargamu, kau tertunduk dan hanya sesekali menyunggingkan senyum yang seolah dipaksakan. Kau telah bercerita palsu tentang diriku kepada keluargamu.
Lalu aku pulang dengan perasaan hancur yang tak tertahan. Dalam hatiku ada sedikit kekecewaan padamu. Aku tahu kau ingin aku diterima oleh keluargamu. Tetapi seharusnya kamu tahu bahwa kebohonganmu itu pasti akan terbongkar dan akan berdampak pada hubungan kita.
Aku menangis. Aku tahu seharusnya aku tidak boleh menangis. Sebagai laki- laki, menangis adalah hal yang harus kuhindari. Tetapi, entah mengapa air mata ini tak bisa berhenti. Aku tahu, setelah ini aku akan jarang bertemu denganmu, atau bahkan sudah tidak akan pernah bisa bertemu lagi denganmu. Aku tidak mau itu terjadi, tetapi aku tahu itu akan terjadi. Mungkin karena itu aku menangis.
Setelah kejadian malam itu, kita jarang bertemu. Saat bertemu pun, kamu selalu gelisah karena takut ketahuan jika kamu berhubungan lagi denganku. Hubungan kita seolah selesai tanpa ada penyelesaian. Sampai akhirnya kau dijodohkan dengan pria lain. Hatiku hancur saat tahu kabar itu. Hampir saja aku mengakhiri hidupku jika saja tidak ada temanku yang melihatku ingin terjun bebas dari atas gedung tempat kita bekerja dulu.
Pekerjaanku telah aku tinggalkan seminggu setelah aku tahu kabar pernikahanmu. Aku benar- benar sudah gila saat itu. Setiap hari yang kupikirkan hanyalah bagaimana caranya aku mati. Tak ada harapan lagi bagiku untuk hidup. Dengan mengakhiri hidupku, aku tidak akan merasakan jatuh cinta, tidak ada lagi penghinaan dan tidak ada lagi air mata yang menyedihkan. Aku akan terbebas dari jatuh cinta yang memuakkan serta dari semua penderitaanku selama ini.