By
bAy_cOmden koNreiD
di
06.06
Kamis, 02 Desember 2010 |
Menghadap ke Taman Kota, yang berada di sebelah Timurnya.. Dengan gerbang besar, pintu kayu kuno, yang berdiri kokoh menghadap matahari terbit. Masjid Agung Sumenep, yang dulu dikenal dengan nama Masjid Jami’, terletak ditengah-tengah Kota Sumenep. Masjid ini dibangun setelah pembangunan Kraton Sumenep, sebagai inisiatif dari Adipati Sumenep, Pangeran Natakusuma I alias Panembahan Somala (1762-1811 M). Adipati yang memiliki nama asli Aria Asirudin Natakusuma ini, sengaja mendirikan masjid yang lebih besar. Setelah sebelumnya dibangun masjid, yang dikenal dengan nama Masjid Laju, oleh Pangeran Anggadipa (Adipati Sumenep, 1626-1644 M). Dalam perkembangannya, masjid laju tidak mampu lagi menampung jemaah yang kian banyak. Setelah keraton selesai pembangunannya, Pangeran Natakusuma I memerintahkan arsitek yang juga membangun keraton, Lauw Piango, untuk membangun Masjid Jami’. Berdasar catatan di buku Sejarah Sumenep (2003) diketahui, Lauw Piango adalah cucu dari Lauw Khun Thing yang merupakan satu dari enam orang China yang mula-mula datang dan menetap di Sumenep. Ia diperkirakan pelarian dari Semarang akibat adanya perang yang disebut ’Huru-hara Tionghwa’ (1740 M). Masjid Jami’ dimulai pembangunannya tahun 1198 H (1779 M) dan selesai pada tahun 1206 H (1787 M). Terhadap masjid ini Pangeran Natakusuma berwasiat yang ditulis pada tahun 1806 M, bunyinya sebagai berikut; ”Masjid ini adalah Baitullah, berwasiat Pangeran Natakusuma penguasa di negeri/keraton Sumenep. Sesungguhnya wasiatku kepada orang yang memerintah (selaku penguasa) dan menegakkan kebaikan. Jika terdapat Masjid ini sesudahku (keadaan) aib, maka perbaiki. Karena sesungguhnya Masjid ini wakaf, tidak boleh diwariskan, dan tidak boleh dijual, dan tidak boleh dirusak.” Dari tinjauan arsitektural, memang banyak hal yang khas pada bangunan yang menjadi pusat kegiatan masyarakat Islam di kabupaten paling timur Pulau Garam ini. Memperhatikan fisik bangunan, layaknya menganut eklektisme kultur desain. Masjid Jami’ Sumenep dari bentuk bangunannya bisa dikata merupakan penggabungan berbagai unsur budaya. Mungkin pula sebagai bentuk akomodasi dari budaya yang berkembang di masyarakatnya. Pada masa pembangunannya hidup berbaur berbagai etnis masyarakat yang saling memberikan pengaruh. Yang menarik lagi, bukan hanya kolaborasi gaya arsitektur lokal. Tetapi lebih luas, yaitu antara arsitektur Arab, Persia, Jawa, India, dan Cina menjadi satu di bangunan yang istimewa ini. Mungkin pula berbagai etnis yang tinggal dan hidup di Madura lebih banyak lagi, sehingga membentuk struktur bangunan lengkap dengan ornamen yang menghias bangunan ini secara keseluruhan. Kubah kecil di puncak bangunan yang ada di sudut kanan-kiri halaman masjid, sangat mungkin mewakili arsitektur Arab-Persia. Penerapannya tidak semata-mata, terdapat sejumlah modifikasi yang berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat setempat. Ornamen yang kemudian dipertegas dengan warna-warna menyala, menggambarkan corak bangunan dari Gujarat-Cina. Semakin kental atmosfirnya ketika berada di bagian dalam bangunan utama. Memperhatikan mihrab masjid yang berusia 799 tahun ini, pada mimbar khotbah, hingga ornamen seperti keramik yang menghiasi dindingnya. Bangunan bersusun dengan puncak bagian atas menjulang tinggi mengingatkan bentuk-bentuk candi yang menjadi warisan masyarakat Jawa. Kubah berbentuk tajuk juga merupakan kekayaan alami pada desain masyarakat Jawa. Struktur bangunan secara keseluruhan menggambarkan tatanan kehidupan masyarakat yang rumit di saat itu. Jalinan hubungan antaretnik yang hidup di Madura dapat disaksikan dari bangunan utuh dari sosok masjid Agung Sumenep ini. Pada bagian depan, dengan pintu gerbang yang seperti gapura besar, beberapa orang berpendapat juga menampakkan adanya corak kebudayaan Portugis. Konon, masjid Agung Sumenep merupakan salah satu dari sepuluh masjid tertua di Indonesia dengan corak arsitektur yang khas. Perkembangan Islam di tanah Jawa, pula menjadi bagian dinamika kehidupan masyarakat Madura. Perkembangan ajaran Islam di Pulau Madura, tak dapat dipisahkan dari perkembangan dan pergumulan masyarakat Jawa yang secara gegrafis terpisah dengan Selat Madura. Perkembangan Islam di Ampel dan Giri menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Madura. Pada jamannya, tugas dakwah yang diemban para wali meliputi seluruh daerah, termasuk Jawa dan Madura. Dalam perkembangan Islam di Madura tak lepas dari para pedagang yang datang dari Gujarat (India) serta para perantau yang berasal dari jazirah Arab. Mereka yang berhasil mendarat di Madura juga memberi kontribusi akibat interaksi, baik budaya maupun tata kehidupan. Model akulturasi budaya yang ada di masa silam, secara jelas masih bisa dinikmati sekarang. Yaitu dengan melihat kekayaan detil arsitektural yang ada di masjid Jami’ Sumenep. Walaupun pada sekitar tahun 90-an masjid ini mengalami pengembangan, dengan renovasi pada pelataran depan, kanan dan kirinya. Namun demikian tidak mengurangi eksotismenya hingga sekarang.-az alim
Madura terkenal dengan sebutan pulau garam. Memang, selain hasil tembakau, ikan laut dan minyak bumi, garam merupakan produk unggulan di pulau ini. Siapakah yang tak kenal garam Madura yang kualitasnya nomor satu di dunia. Bahkan pulau Madura identik dengan pulau garam, walaupun tidak sepanjang pesisir pantai pulau Madura difungsikan sebagai tambak untuk pembuatan garam. Hanya pesisir sebelah selatan pulau ini yang memproduksi garam, sedangkan di sebelah utara dari Bangkalan sampai Sokobanah tak satupun aku temui. Setiap orang membutuhkan garam walaupun sedikit yang diperlukan. Kata semua orang, jika masakan tidak ada garamnya pasti terasa hambar. Manusia membutuhkan garam untuk menjaga keseimbangan tekanan osmosis darah dan jaringan sehingga transportasi zat yang keluar-masuk sel berjalan seimbang. Selain itu garam juga dapat dimanfaatkan sebagai agen pengawet bahan makanan yang aman dan murah, seperti ikan, daging dan asinan sayuran. Kristal putih itu cukup vital bagi kehidupan manusia. Di dalam Alkitab aku juga pernah mendengar cerita tentang garam. Istri Lot yang menoleh ke belakang ketika Sodom dan Gomora di musnahkan Allah, seketika itu berubah menjadi tiang garam. Demikian juga ketika bangsa Israel menduduki suatu kota, kemudian mereka menaburi kota yang sudah dihancurkan itu dengan garam. Aku belum mengerti maknanya itu, tetapi menurutku seolah-olah garam melambangkan sebuah malapetaka, hukuman dan kekalahan. Terkadang aku juga menemui bahwa garam juga digunakan sebagai salah satu kelengkapan prosesi supranatural. Untuk menundukkan hati orang tertentu bisa dengan menaburkan garam di sekeliling rumahnya. Ilmu tolak balak yang dimiliki rekan kerjaku juga memakai garam untuk memagari benda-benda supaya orang yang merusak atau mencuri menjadi sakit. Demikian juga dengan ilmu pengobatan kejawen mengkombinasikan cahaya matahari, garam dan mantera untuk menyembuhkan. Di atas semuanya itu Tuhan juga memerintahkan kita supaya menjadi terang dan garam dunia...
Pantai Lombang di Kecamatan Batang-Batang adalah salah satu objek wisata terbaik di Kabupaten Sumenep. Tak heran jika wisatawan mancanegara (wisman) banyak yang terpikat dengan keindahan pantai dan cemara udangnya. Mengapa?
Desir angin cukup dingin malam itu. Ombak yang berdebur kalah dengan riuh-rendahnya suara puluhan orang. Padahal, pada hari biasanya, hanya desir angin dan deburan ombak yang terdengar di Pantai Lombang pada malam hari.
Puluhan wisman itu berasal dari Denmark, Inggris, Australia, India, dan Pakistan. Mereka berkemah di pantai setelah diajak salah satu biro perjalanan wisata di Jakarta. Setiap tahunnya ada saja biro perjalanan yang mengajak wisman mengunjungi Pantai Lombang. Mereka tak hanya melihat pantai di siang hari, juga suasana di malam hari.
Puluhan tenda didirikan di sekitar jejeran pohon cemara udang (jenis kasuarina) yang menjadi pagar hidup sepanjang pantai. Para turis itu tampak menikmati pemandangan alam dan desiran ombak malam hari, sambil memanggang ikan segar. Hamparan pasir putih dengan pantai yang cukup landai menjadi pemandangan utama pantai Lombeng. Ombak yang tidak terlalu besar dengan hiasan ribuan pohon cemara udang yang telah berusia ratusan tahun menjulang tinggi di sepanjang pantai menjadikan suasana asri di pantai ini. Tidak sampai di sini saja kekaguman saya, ratusan bibit, bahan bonsai dipajang di sepanjang pulau ini, dijajakan kepada pengunjung pantai di pulau ini. Mereka membudidayakan cemara udang dilahan berpasir disekitar pantai Lombeng. Kami sempat mengunjungi tempat tersebut, padang pasir luas yang biasanya kami melihat di pantai-pantai lain di luar pulau Madura, menjadi sangat lain jika di bandingkan dengan padang pasir yang ada di pulau Madura. Hamparan hijau daun cemara udang terpampang jauh sampai batas penglihatan, seolah tak ada akhirnya. Kita akan dengan mudah untuk mendapatkan berbagai ukuran, bentuk, umur dari pohon tersebut di padang pasir ini. Kita tinggal milih, tunjuk, dan bilang kepada pemilik lahan tersebut untuk mengambilnya dari lahan tersebut apabila harga telah cocok. Apabila kita malas untuk berburu dengan cara seperti itu, kita juga bisa langsung membeli kepada para pedagang yang telah menjajakannya di pinggir jalan sepanjang jalan menuju pantai Lombeng.
Seperti telah di atur oleh Tuhan, kita tidak akan pernah mendapatkan santigi di pantai ini dan sebaliknya kita takkan pernah dapat cemara udang di Kalianget. Jadi untuk mendapatkan keduanya kita harus mengunjungi sendiri-sendiri.
Akhir dari perjalanan ini adalah , kami mendapatkan berbagai macam pohon bonsai yang sangat baik yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya, 76 bahan santigi, 26 cemara udang, 7 serut dan 3 pot ki besi menjadi oleh-oleh yang sangat bernilai bagi kami. Bukan itu saja pesona dan khasanah wisata pulau ini Senantiasa menjadi buah rindu untuk penulis, sambil melepas cepetran kamera digital terakhir.
Madura adalah pulau penghasil garam yang berada di sebelah timur pulau jawa. Suku yang menempatinya disebut suku madura. Bagi orang awam, suku madura kerap disandingkan dengan kata “ kasar “ . sungguh naif hal demikian, orang yang belum tahu apa-apa tentang madura langsung mengecap rakyatnya dengan julukan yang tidak mengenakkan. Yang mereka tahu adalah orang madura hanyalah suku yang menyelesaikan masalah dengan pertumpahan darah atau yang lebih lazim dekiatakan carok. Tapi, mereka tidak tahu mengapa suku madura mempunyai tradisi carok. Mereka juga sering mengatakan bahwa suku madura itu kasar, bengis, tidak berperikemanusiaan dan seorang pembunuh kejam bersenjatakan celurit. Carok sendiri mempunyai arti penting bagi orang madura, begitu juga pada celurit. Pada zaman dahulu, carok hanyalah suatu pembukian ekstensi seorang madura yang mempunyai harga diri setinggi gunung. Pada zaman kolonial, orang madura menyerang para kolonialis dengan mengadakan carok. Mereka juga mengadakan carok disaat harga diri mereka diinjak-injak oleh orang lain. Tidak sampai itu saja, orang madura khususnya sumenep mempunyai motto abantal omba’ ban asapo’ angin yang berarti berbantal ombak dan berselimut angin. Kata-kata ini mempinyai arti tentang perjuangan rakyat madura khususnya yang bermata pencaharian sebagai nelayan yang gagah berani dan tidak pantangmenterah demi kelangsungan hidup keluarga tercinta. Celurit, yang hanya kita pandang sebagai senjata sangat berbeda bagi orang madura. Bagi orang madura seperti saya, celurit adalah jati diri orang madura. Bentuk clurit seperti tanda tanya. Hal ini berarti bahwa orang madura itu sangat ingin tahu dan sangat gigih dalam mencapai cita-cita. Orang madura tidak keras dalam konteks yang negatif. Orang madura hanyalah seorang insan yang “ keras “ dalam mencapai jati diri, melindungi harga diri, menggapi cita-cita dan menjaga tanah airnya yang luhur
Keraton Sumenep terletak di tengah-tengah kota yang dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo I tahun 1762. Bangunan keraton ini mempunyai corak budaya Islam, Cina dan Eropa. Di dalam keraton terletak peninggalan-peninggalan bersejarah seperti Pendopo Agung, kantor KOneng, dan bekas Keraton Raden Ayu Tirto Negoro yang saat ini dijadikan tempat penyimpanan benda-benda kuno. Pendopo Agung sampai saat ini masih dipakai sebagai tempat diadakannya acara-acara kabupaten seperti penyambutan tamu Negara, serah terima jabatan pemerintahan dan acara kenegaraan lainnya. Sedangkan kantor Koneng yang ebrarti kantor raja dahulu adalah ruang kerja Sultan Abdurrachman Pakunataningrat I selama masa pemerintahannya tahun 1811 sampai 1844 Masehi. Selain ketiga ruangan tersebut di kompleks keraton terdapat Taman Sare, yaitu tempat pemandian putri raja yang masih terlihat asri dan indah sampai sekarang. Bagian lain dari keratin Sumenep adalah pintu gerbang Labang Mesem, yang artinya pintu/ gerbang tersenyum yang melambangkan keramahtamahan masyarakat Sumenep terhadap setiap orang yang datang ke keraton. Museum terbagi menjadi tiga bagian yang terletak di depan/luar keraton dan di dalam keraton. Bagian pertama, di luar keraton, adalah tempat menyimpan kereta kuda/ kencana kerajaan Sumenep dan kereta kuda pemberian ratu Inggris, yang sampai sekarang masih dapat dipergunakan dan dikeluarkan pada saat upacara peringatan hari jadi kota Sumenep. Bagian kedua dan ketiga terdapat di dalam keraton Sumenep, yang di dalamnya menyimpan alat-alat untuk upacara mitoni atau upacara tujuh bulan kehamilan keluarga raja, senjata-senjata kuno berupa keris, clurit, pistol pedang bahkan semacam samurai dan baju besi untuk perang, al-Qur'an yang ditulis oleh Sulta Abdurrachman, guci dan keramik dari Tiongkok/ Cina yang menggambarkan bahwa pada saat itu terjalin hubungan yang erat antara kerajaan Sumenep dan kerajaan Cina, patung-patung/ arca, baju kebesaran Raja/Sultan, sampai tulang/fosil ikan paus yang terdampar di pantai Sumenep pada tahun 1977.
Museum ketiga disebut juga museum Bindara Saod karena pada zamannya tempat itu adalah tempat Bindara Saod menyepi, maka disebut juga dengan Rumah penyepian Bindara Saod. Terdiri lima bagian yaitu teras rumah, kamar depan bagian timur, kamar depan bagian barat, kamar belakang bagian timur dan bagian barat
Hal yang cukup menggelikan ketika penggunaan kaset rekaman memasyarakat lewat pengeras suara, maka kaset-kaset yang diputar itu dijadikan sebagai tanda dalam menciptakan “acara pengantar” suatu acara tertentu yang sering kali tidak berkaitan dengan acara pokoknya. Misalnya, lagu keagamaan dijadikan pengantar acara mamaca (macapatan ala Madura); atau lagu yang dinyanyikan pesinden dijadikan selingan dalam acara pertunjukan seni bela diri. Oleh karena itu “acara pengantar” jangan dijadikan tolok ukur di dalam melihat hubungannya dengan “acara pokoknya”.
Bagi orang Madura, musik cenderung diperkenalkan dalam keadaan yang nyaring dan megah melalui presentasi pengeras suara. Namun kenyataan ini sering menjebak musik itu sendiri ke dalam penyampaian yang tidak sempurna kualitasnya, sebab terganggu oleh peralatan sound sistim yang seringkali kurang bermutu.
Budaya Musik yang Kuat di Madura Timur
Ada beberapa aspek penting ketika kita “membaca” peta musik di Madura timur pada umumnya, yaitu: budaya tradisi – budaya agama – budaya popular. Penjabaran pemetaan musiknya menjadi: musik tradisi (yang menonjol sronenan, tongtong, seni resitasi mamaca, klenengan); musik yang dipengaruhi islam (yang menonjol hadrah, gambus, samroh); dan musik popular (yang menonjol adalah dangdut). Variabel terakhir tidak akan dibahas, sebab pengaruh budayanya terhitung baru. Berikut ini, penulis akan membahasnya secara garis besarnya saja dalam makalah yang terbatas ini.
Musik Tongtong Tradisi Lama Madura
Tongtong adalah alat musik yang sangat kuno. Jaap Kunst berpendapat bahwa sebagian besar tongtong (kentongan) yang terbuat dari bambu dan kayu berasal dari jaman pra-Hindu.Selanjutnya, asal-usul istilah tongtong tidak digunakan lagi di Jawa, tetapi di Madura tetap ada bahkan penggunaannya menjurus permainan musikal. Hal ini sekurang-kurangnya telah terjadi pada jaman Hindu.
Dalam interpretasi historis dari musik tongtong tersebut, Bouvier memaparkan bahwa tongtong dalam fungsinya yang paling kuno digunakan sebagai alat penanda bahaya tertentu, seperti: saat gerhana bulan (disebut: bulan gherring [sakit]) dimana setiap keluarga keluar pekarangan membuat suasana ramai, termasuk pepohonan dipukuli. Masa berikutnya, tongtong dikembangkan menjadi alat komunikasi dengan kode-kode pukulan tertentu. Selanjutnya, tongtong dijadikan sebagai alat musik dalam orkes arak-arakan, yang mereka sebut musik patrol atau patrol kaleleng. Fungsinya selain hiburan, juga memiliki fungsi baru, yaitu membangunkan orang yang akan sahur puasa di bulan Ramadhan. Pada perkembangan terakhir, terjadi penambahan alat perkusi yang bersuara membrane dan suara gemerincing. Karakter tongtong sendiri mulai terpinggirkan dalam keseluruhan orkestrasi tersebut.
Selain berkembang sebagai orkes musik, pola-pola ritem tongtong sering dipakai dalam komposisi musik jenis lain. Misalnya, dalam pola tabuhan ritmik pada klenengan ataupun pada musik teater loddrok. Dalam bentuknya yang lebih spesifik, yaitu tongtong yang terbuat dari pangkal batang pohon siwalan (disebut dhungdhung), menjadi orkestra kentongan yang lumrah digunakan untuk mengiringi acara perlombaan merpati. Dalam ansambelisasi yang kecil, orkes kentongan ini dipakai dalam acara ritual meminta hujan dengan melakukan okol atau ojhung (pertarungan memakai rotan).
Sronenan yang Meriah
Sronenan merupakan sebutan untuk orkes musik karapan sapi yang mulai popular sejak tahun 1970-an itu. Kalau ditilik dari instrumennya yang terdiri dari alat berpencon keluarga gong, sesungguhnya alat musik tersebut terdapat pula tempat lain, bahkan lebih populer dan lebih tua. Kita dapat mencermati sejenis sronenan seperti di Jawa Barat (pada musik sisingaan), di Jawa Tengah (pada musik jaran kepang), di Jawa Timur (pada musik Reog), di Bali (pada musik Balaganjur). Pigeaud mengingatkan bahwa musik slompret (sejenis korp musik dalam bentuk rombongan kecil, seperti: gamelan saronèn atau kenong telo’) yang sering dilibatkan dalam pawai-pawai sebagai musik “pengawal” pasukan, sudah cukup dikenal dan bukan khas Madura.[5] Pola musikal yang paling penting dari sronenan ini adalah struktur beat kolotomik yang saling berkelipatan diantara instrument yang dimainkan oleh masing-masing pemain. Istilah sronenan, sesungguhnya dicomot dari nama sebuah instrument yang diasosiasikan paling kuat atmosfir musikalnya, yaitu sejenis sarunai/surnei (Timur Tengah) atau selompret (Jawa) atau kategori jenis hobo (Eropa). Karakter suaranya sangat khas, yaitu nyaring, melengking, dan parau seperti suara burung merak.
Sronenan di Madura selalu dikaitkan dengan musiknya sapi-karapan (sapi jantan) ataupun sape sono’ (sapi betina dalam kontes kecantikan sapi). Di luar contoh yang fenomenal ini, sesungguhnya “gamelan” sronenan ini memiliki substansi sebagai musik arak-arakan. Dalam arti, mengarak subjek apapun yang diseremonialkan, seperti: mengarak jharan kenca’ (kuda menari) yang biasanya ditunggangi pengantin perkawinan maupun pengantin sunatan; mengarak sesajian/orang menunaikan hajad ke kuburan keramat, mengarak tamu kehormatan dan sebagainya. Di sisi yang lain, suatu kelompok sronenan yang disewa juga selalu dituntut untuk memberi hiburan musik kepada tamu.
Sebagai gamelan arak-arakan, maka sronenan dirancang sedemikian sehingga mudah dibawa, praktis dijinjing-dipikul dan bebannya ringan karena terbuat dari bahan dasar besi plat. Kemeriahan musiknya juga diperkuat dengan atraksi tubuh yang diperlihatkan oleh pemain sronenan saat memainkan musik. Bahkan kostumnya pun semakin memberi karakter kuat bahwa sronenan adalah musik yang gemebyar/meriah dan mengekspresikan kegemerlapan ala kerakyatan dan terinspirasi oleh kostum sapi.
Sronenan mempunyai gending-gending khusus untuk arak-arakan, seperti: giroan sarka’,lorongan sarka’ dan lorongan lanjhang. Sementara gending-gending yang bersifat umum kebanyakan diambil dari gending-gending tradisi gamelan sumenepan yang popular.
Menurut Munardi, kenong telo’ (baca: konsep kolotomik kenong-ketuk) yang berkembang di Jawa Timur mempengaruhi perkembangan musik kerakyatan Madura, seperti: musik tongtong dan gamelan saronèn.
Gamelan Sumenep Transformasi Lain Gamelan Jawa
Dapat dipastikan bahwa gamelan Madura adalah pungutan dari gamelan Jawa, dan merupakan karya ciptaan bangsawan keraton yang memiliki hubungan kekerabatan dengan bangsawan Jawa. Hubungan keraton Sumenep (dan juga keraton Bangkalan) dengan keraton Solo (terutama jaman Mataram) sangat memungkinkan masuknya jenis kesenian seperti: gamelan, tembang macapatan, wayang topeng, bahkan hingga tayuban. Namun ketika keraton “kosong” (kaum bangsawan menyingkir ke desa-desa akibat politik islamisasi yang mengakibatkan runtuhnya pengaruh bangsawan di mata rakyat), maka kesenian itu justru lebih berkembang di desa-desa meskipun telah mengalami berbagai transformasi.
Di Madura memang mengenal pula perangkat instrumen feminin (tabuhan halus) untuk musik kamar, seperti: gender, gambang, siter dan suling (rebab tidak dipakai, perannya diganti gambang). Ada pula perangkat instrumen maskulin (tabuhan keras) yang berjumlah besar, seperti kendang, gong-kempul-kenong, bonang, simbal kecer. Transformasi yang berkembang di Sumenep bahwa penggunaan jenis bilah (demung) ditiadakan, hanya saron yang dipertahankan dan lebih banyak dimainkan secara variatif. Instrumen perangkat besar (termasuk instrument alusan) lebih banyak dipakai dalam musik kleningan (Jawa: klenengan) pada kesenian wayang topeng dan tayuban. Instrumen perangkat kecil (alusan) banyak digunakan dalam mengiringi tembang mamaca.
Peristilahan musik yang berkembang di Sumenep –juga merupakan bagian dari transformasi yang dimaksud—hampir berorientasi pada konsepsi musik Jawa. Contohnya, sistim nada slendro-pelog, penulisan notasi Jawa kepatihan, serta filosofi nama masing-masing nada (meskipun namanya berbeda), seperti:
Petthet raja tenggu’ lema’ bharang petthet kene’
1 2 3 5 6 1
Meskipun para niyaga gamelan Sumenep menilai kualitas gamelan Jawa adalah yang terbaik, tetapi dianggap tidak tahan terhadap variasi suhu kelembaman udara malam alias peka terhadap suhu. Oleh karena itu, mereka lebih memilih gamelan berbahan logam campuran yang lebih stabil stemnya terhadap suhu. Maklum, umumnya mereka pentas secara outdoor sepanjang malam dan berangin.
Terbang Hadrah
Musik paling popular di kalangan masyarakat “oreng alem” (istilah untuk mengidentifikasi orang yang taat beragama [Islam]) adalah terbang hadrah. Oreng alem yang dominan di Madura seakan memberi dukungan kuat terhadap eksistensi jenis musik ini. Awalnya, terbang hadrah menjadi symbol musik pesantren, kemudian berkembang menjadi musik milik komunitas yang jauh lebih luas. Bermunculan ratusan kelompok-kelompok hadrah yang selalu memenuhi event-event perayaan keagamaan, arisan desa maupun komunitas kecil sekalipun hingga event yang disponsori pemerintah (festival hadrah). Tingkat kompetisi yang sangat tinggi ini memang cenderung terjadi pengembangan yang luar biasa. Bahkan aspeknya hingga urusan panggung yang disetting seperti bangunan mesjid, disertai pemasangan lampu-lampu beraneka warna dan pelepasan lampion. Performa pementasan dibuat sedemikian megah dan gemerlap.
Hal yang biasa terjadi di banyak tempat, jenis musik ini sering ditarikan dalam atmosfir koreografi ruddhat ( baca: rodat). Dasar musikalnya tersusun dari kombinasi ritem lima instrument terbang yang sesungguhnya hanya terbagi dalam tiga seksi polar ritem, antara lain:
Korbhian, artinya: induk. Pola korbhian menjadi dasar pembentukan “kalimat ritme” yang biasanya dimainkan oleh terbang ukuran besar (dimainkan dengan dua pemain terbang).
Budu’an, artinya: anak. Pola ritemnya merupakan sisipan sederhana dari pola utamanya. Dimainkan oleh dua pemain terbang dengan warna suara lebih ringan.
Peca’an, artinya pemisah. Pola ritem inilah yang mampu menghidupkan kesatuan interlocking musik ini. Biasanya, tingkat kecermelangan variasi ritem dapat disoroti dari lini ini.
Musik terbang hadrah semakin bergairah ketika mereka mulai memasukkan instrumen jidor (bedug atau bass drum) yang sangat memprovokasi kesan ritem secara keseluruhan. Apalagi dalam sebuah pertunjukan, jidor tidak hanya ditabuh biasa, melainkan ditabuh dengan cara digendong sambil melakukan atraksi yang memukau menyatu dengan kelompok penari ruddhat.
Setiap pementasan, mereka tetap memegang model ritme standart, yaitu: mateno’, jus, yahum, pinjang, jus pinjang (dua yang terakhir jarang dilakukan). Pola-pola ritem tersebut sama sekali tidak mempengaruhi nyanyian yang dibawakan para nasyid. Tidak seperti halnya musik gambus, kesenian hadrah ini tidak berhubungan lagi dengan masyarakat Arab di Sumenep, bahkan citra musiknya sekalipun.
Gambus yang Lekat oleh Citra Arab-nya.
Orkestrasi musik maupun instrumennya tidak banyak berubah dari aslinya, Arab. Gambus cukup terpelihara dalam komunitas Arab yang relatif banyak di Sumenep. Meskipun terbatas, genetika musik ini tetap mempengaruhi secara signifikan terhadap komunitas pesantren atau oreng alem yang fanatik, mengingat islamisasi demikian kuat ditanamkan. Terlepas apakah musiknya itu religius ataupun profan, tampaknya bukan ukuran penting sebab pemakaian bahasa Arab seakan “menguasai” citra islami itu sendiri. Hal ini dianggap memiliki nilai prestisius tersendiri.
Penyelenggaraan musik ini terhitung stabil dan terpelihara dalam acara-acara arisan mingguan komunitas-komunitas kecil yang memang khusus untuk kaum lelaki ini. Keeksklusifan musik ini tidak hanya pada persoalan alat-musikalitas-bahasa, tetapi ditandai pula bahwa jarang ditemukan kelompok gambus di pedesaan. Kebanyakan orang desa rela mengundang kelompok gambus dari kota Sumenep atau bahkan dari Surabaya.
Samroh atau Qasidah
Orkes ini biasanya muncul dalam event-event perayaan maulid, perayaan hari nasional, maupun acara arisan ibu-ibu. Orkes ini cenderung dimainkan oleh kaum perempuan. Sama seperti halnya gambus, orkes yang masih kental nuansa import-nya ini telah banyak melibatkan penggunaan instrument Barat (gitar dan bas elektrik, keyboard, drum set, biola, dan sebagainya). Jenis musik yang diperkirakan masuk Madura tahun 1950-an ini mencerminkan pengaruh langsung dari orkes “modern Islam”. Bedanya dengan gambus, eksistensi musik ini tidak eksklusif, sebab indikasinya banyak kelompok samroh yang lahir di desa-desa dan umumnya dimainkan dan diorganisasikan oleh kaum perempuan. Nampaknya, faktor genderisasi dalam wilayah kesenian sudah cukup maju di Sumenep ini.
Teks lagu merupakan adaptasi dari nyanyian religius yang beredar (ada yang mengambil dari kitab Al Barzanji) atau kreasi yang berkaitan dengan tema moral. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Arab, Indonesia atau Madura
Suatu kebudayaan yang dimiliki oleh kabupaten sumenep (Madura) berupa Topeng Dalang Madura. Seni topeng ini sangat menarik perhatian para turis baik domestik maupun manca negara. Disebut Topeng Dalang karena para pemainnya menggunakan topeng (tokop) sesuai dengan peranannya masing-masing. Dinamakan Topeng Dalang karena jalan ceritanya (dialognya) di bawakan oleh seorang dalang kecuali Semar Bagong Petrok Garing yang disebut Panakawal.
Seorang dalang harus mempunyai kemampuan mengatur jalannya cerita dengan suara berbeda-beda baik suara laki-laki maupun suara perempuan juga harus pandai membawakan kidung (ngejung) sesuai dengan peran tiap-tiap pemain. Semua pemainnya terdiri atas pemain laki-laki dan tidak biasa pemain topeng dari wanita. Para pemain topeng dibedakan atas peran putri dan peran putra. Sedangkan peran putra dibedakan atas tarian yang halus menengah dan tarian keras. Dan biasanya di ikuti dengan Kleningan yang sesuai.
Topeng Dalang Madura di Sumenep di bedakan dua versi yaitu; Versi Kalianget dan Versi Selopeng (dasuk). Kedua versi tersebut sama-sama menarik para turis. Terbukti bahwa Topeng Dalang ini pernah di pentaskan di luar negri (Prancis, Jepang, Amerika Serikat, Belgia ) dengan bayaran yang sangat tinggi sehingga menambah Devisa Negara.
Ada beberapa perbedaan antara Versi Kalianget dan Versi Slopeng(dasuk) yaitu :
1. Versi Kalianget
• Pakar : Sabidin
• Exstra : Branyak ( Putra kembar )
• Tokop (topeng) untuk laki-laki : Kumis di cat hitam
• Rape' : Lurus
• Panakawan : Semar Bagong Petruk
• Tariannya lebih sederhana
• Warna tokop(topeng) tertentu, misalnya : Gatot Kaca (merah)
• Penggunaan gungseng bagi tokoh kasar hanya di kaki kanan.
2.Versi Slopeng (dasuk)
• Pakar : Supakra
• Ekstra : Klono Tonjong Seto (tari tongga) dan Putri kembar
• Rape' : Disamping kanan dan kiri memanjang ke bawah
• Panakawan : Semar Bagong Petruk, Saling
• Tarianya bervariasi
• Warna tokop(topeng) tertentu, misalnya : Gatot Kaca (putih)
• Penggunaan gungseng bagi tokoh kasar di kaki kanan dan kiri
Kelompok Pemain
• Pemain Putri
Sinta
Srikandi
Subadro
• Pemain halus
Darmo Kusumo
Nakula/Sadewa
• Pemain Menepi
Arjuno
Rama
Lasmana
B.Kresna
Adipati Kusumo
• Pemain Kasar
Broto Simo
Broto Dewa
Gatot Koco
Sangkoni
Rahwono
Raja Bonto
Adapun fungsi atau kegunaan Topeng Dalang Madura yaitu :
• Sebagai media dakwah
• Sebagai sarana hiburan
• Sebagai sarana pendidikan
• Sebagai alat untuk selamatan ruwat /rokat
Kesimpulan :
"Sayang sekali kesenian ini nyaris ditinggal, karena generasi mudanya kurang menyenangi dan cenderung lebih mengutamakan kesenian dari luar, sehingga dimungkinkan di belakang hari akan punah...Benar-benar sangat disayangkan!"
By
bAy_cOmden koNreiD
di
23.17
Rabu, 10 November 2010 |
KERAPAN SAPI MADURA
Kerapan atau karapan sapi adalah satu istilah dalam bahasa Madura yang digunakan untuk menamakan suatu perlombaan pacuan sapi. Ada dua versi mengenai asal usul nama kerapan. Versi pertama mengatakan bahwa istilah “kerapan” berasal dari kata “kerap” atau “kirap” yang artinya “berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong”. Sedangkan, versi yang lain menyebutkan bahwa kata “kerapan” berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti “persahabatan”. Namun lepas dari kedua versi itu, dalam pengertiannya yang umum saat ini, kerapan adalah suatu atraksi lomba pacuan khusus bagi binatang sapi. Sebagai catatan, di daerah Madura khususnya di Pulau Kangean terdapat lomba pacuan serupa yang menggunakan kerbau. Pacuan kerbau ini dinamakan mamajir dan bukan kerapan kerbau.
Asal usul kerapan sapi juga ada beberapa versi. Versi pertama mengatakan bahwa kerapan sapi telah ada sejak abad ke-14. Waktu itu kerapan sapi digunakan untuk menyebarkan agama Islam oleh seorang kyai yang bernama Pratanu. Versi yang lain lagi mengatakan bahwa kerapan sapi diciptakan oleh Adi Poday, yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh Adi Polay adalah dengan menggunakan sapi. Lama-kelamaan, karena banyaknya para petani yang menggunakan tenaga sapi untuk menggarap sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat mereka untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu cepat yang disebut kerapan sapi.
Macam-macam Kerapan SapiKerapan sapi yang menjadi ciri khas orang Madura ini sebenarnya terdiri dari beberapa macam, yaitu:
1. Kerap Keni (kerapan kecil)
Kerapan jenis ini pesertanya hanya diikuti oleh orang-orang yang berasal dari satu kecamatan atau kewedanaan saja. Dalam kategori ini jarak yang harus ditempuh hanya sepanjang 110 meter dan diikuti oleh sapi-sapi kecil yang belum terlatih. Sedangkan penentu kemenangannya, selain kecepatan, juga lurus atau tidaknya sapi ketika berlari. Bagi sapi-sapi yang dapat memenangkan perlombaan, dapat mengikuti kerapan yang lebih tinggi lagi yaitu kerap raja.
2. Kerap Raja (kerapan besar)
Perlombaan yang sering juga disebut kerap negara ini umumnya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Panjang lintasan balapnya sekitar 120 meter dan pesertanya adalah para juara kerap keni.
3. Kerap Onjangan (kerapan undangan)
Kerap onjangan adalah pacuan khusus yang para pesertanya adalah undangan dari suatu kabupaten yang menyelenggarakannya. Kerapan ini biasanya diadakan untuk memperingati hari-hari besar tertentu.
4. Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)
Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesidenan diadakan di Kota Pamekasan pada hari Minggu, yang merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.
5. Kerap jar-jaran (kerapan latihan)
Kerapan jar-jaran adalah kerapan yang dilakukan hanya untuk melatih sapi-sapi pacuan sebelum diturunkan pada perlombaan yang sebenarnya.
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Permainan Kerapan SapiKerapan sapi adalah salah satu jenis permainan rakyat yang banyak melibatkan berbagai pihak, yang diantaranya adalah: (1) pemilik sapi pacuan; (2) tukang tongko (orang yang bertugas mengendalikan sapi pacuan di atas kaleles); (3) tukang tambeng (orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas); (4) tukang gettak (orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat); (5) tukang tonja (orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi); dan (6) tukang gubra (anggora rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi pacuan).
Jalannya Permainan
Sebelum kerapan dimulai semua sapi-kerap diarak memasuki lapangan. Kesempatan ini selain digunakan untuk melemaskan otot-otot sapi, juga merupakan arena pamer keindahan pakaian dan hiasan dari sapi-sapi yang akan dilombakan. Setelah parade selesai, pakaian dan seluruh hiasan itu mulai dibuka. Hanya pakaian yang tidak mengganggu gerak tubuh sapi saja yang masih dibiarkan melekat.
Setelah itu, dimulailah lomba pertama untuk menentukan klasemen peserta. Seperti dalam permainan sepak bola, dalam babak ini para peserta akan mengatur strategi untuk dapat memasukkan sapi-sapi pacuannya ke dalam kelompok “papan atas” agar pada babak selanjutnya (penyisihan), dapat berlomba dengan sapi pacuan dari kelompok “papan bawah”.
Selanjutnya adalah babak penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam babak penyisihan ini, permainan memakai sistem gugur. Dengan perkataan lain, sapi-sapi pacuan yang sudah dinyatakan kalah, tidak berhak lagi ikut dalam pertandingan babak selanjutnya. Sedangkan, bagi sapi pacuan yang dinyatakan sebagai pemenang, nantinya akan berhadapan lagi dengan pemenang dari pertandingan lainnya. Begitu seterusnya hingga tinggal satu pemain terakhir yang selalu menang dan menjadi juaranya.
Nilai budayaPermainan kerapan sapi jika dicermati secara mendalam mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu adalah: kerja keras, kerja sama, persaingan, ketertiban dan sportivitas.
Nilai kerja keras tercermin dalam proses pelatihan sapi, sehingga menjadi seekor sapi pacuan yang mengagumkan (kuat dan tangkas). Untuk menjadikan seekor sapi seperti itu tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kerja keras. Tanpa itu mustahil seekor sapi aduan dapat menunjukkan kehebatannya di arena kerapan sapi.
Nilai kerja sama tercermin dalam proses permainan itu sendiri. Permainan kerapan sapi, sebagaimana telah disinggung pada bagian atas, adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak itu satu dengan lainnya saling membutuhkan. Untuk itu, diperlukan kerja sama sesuai dengan kedudukan dan peranan masing-masing. Tanpa itu mustahil permainan kerapan sapi dapat terselenggara dengan baik.
Nilai persaingan tercermin dalam arena kerapan sapi. Persaingan menurut Koentjaraningrat (2003: 187) adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk melebihi usaha orang lain dalam masyarakat. Dalam konteks ini para peserta permainan kerapan sapi berusaha sedemikian rupa agar sapi aduannya dapat berlari cepat dan mengalahkan sapi pacuan lawan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, masing-masing berusaha agar sapinya dapat melakukan hal itu sebaik-baiknya. Jadi, antarpeserta bersaing dalam hal ini.
Nilai ketertiban tercermin dalam proses permainan kerapan sapi itu sendiri. Permainan apa saja, termasuk kerapan sapi, ketertiban selalu diperlukan. Ketertiban ini tidak hanya ditunjukkan oleh para peserta, tetapi juga penonton yang mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat. Dengan sabar para peserta menunggu giliran sapi-sapi pacuannya untuk diperlagakan. Sementara, penonton juga mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Mereka tidak membuat keonaran atau perbuatan-perbuatan yang pada gilirannya dapat mengganggu atau menggagalkan jalannya permainan.
Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.
Awal pembentukan Linkin Park yaitu pertemuan Mike Shinoda dan Brad Delson (gitaris Linkin Park) di kelas 7. Lalu mereka membentuk band bernama Xero. Brad juga bermain untuk band Relative Degree, salah satu personilnya yaitu Rob
Bourdon (drummer Linkin Park). Mike berkenalan dengan Rob melalui Brad dan Rob bergabung dengan Xero. Saat kuliah, Brad berkenalan dengan Dave "Phoenix" Farrell (bassis Linkin Park) yang merupakan teman sekamar Brad. Mike, yang mengambil jurusan ilustrasi di Universitas Seni Pasadena, bertemu dengan Joe Hahn (turntablis Linkin Park). Kemudian, Dave Farrell dan Joe Hahn bergabung bersama Xero. Dave sempat meninggalkan Xero untuk bergabung kembali ke band lamanya, Tasty Snax.
Mulanya, mereka merekrut Mark Wakefield sebagai vokalis, lalu diambil alih oleh Chester Bennington (mantan vokalis Grey Daze) sampai sekarang, sedangkan Mike lalu jadi rapper. Sialnya, karena nama Xero sudah dipakai grup lain, mereka terpaksa mengganti nama menjadi Hybrid Theory. Lalu, Hybrid Theory menandatangani kontrak dengan perusahaan rekaman bernama Warner Bros. Records setelah sukses meluncurkan EP yang bertajuk Hybrid Theory EP pada tahun 1999 sebanyak seribu keping
Sekali lagi, mereka terpaksa mengganti nama karena nama Hybrid Theory mirip dengan nama grup musik Hybrid yang berasal dari Wales. Daripada dianggap band yang sama, mereka memilih berubah nama lagi menjadi Linkin Park. Nama itu diambil Chester dari nama sebuah taman di Los Angeles, Lincoln Park. Agar bisa mengelola situs web sendiri, Chester mengubah ejaannya menjadi Linkin Park. Setelah itu, mereka berhasil membeli situs web linkinpark.com.
By
bAy_cOmden koNreiD
di
07.25
Selasa, 24 Agustus 2010 |
Five Minutes berdiri pada tahun 1994. Band ini berasal dari Bandung. Five Minutes ini beraliran pop rock. Sekarang personil Five Minutes adalah Ricky Tjahyadi (keyboard), Richie Setiawan (vokal), Drie Warnanta (bass), Roelhilman (gitar), dan Aria Yudhistira (drum).
Awalnya Drie dan Ricky bertemu di awal tahun 1990-an dan sempat membentuk band yang tampil di sejumlah kafe. Namun band ini hanya bertahan selama 2 tahun. Mereka kemudian membentuk Five Minutes bersama Sonny (gitaris) dan Sanny (vokalis) di tahun 1994 untuk mengikuti Fetival Band Se-Jabar DKI di Bandung. Dalam ajang tersebut mereka berhasil menjadi juara 1 dari 102 peserta. Tak lama, mereka pun masuk dapur rekaman. Album perdana mereka bertajuk Five Minutes (1996), yang diikuti oleh Five Minutes 2 (1997), Ouw! (1998), Sekat (2003), dan The Best +5 (2004). Penampilan yang unik dengan mengenakan sarung di panggung, menjadi salah satu daya tarik mereka.
Setelah album The Best, Sanny sang vokalis dan Sonny (gitaris) mengundurkan diri. Ricky dan Drie pun berburu personel baru. Akhirnya Richie (vokal), Roelhilman (gitar), dan Aria Yudhistira (drum) melengkapi formasi Five Minutes yang baru. Pada bulan Juni 2007, mereka merilis album baru bertajuk Rockmantic. Mereka pun menanggalkan sarung yang selama ini lekat sebagai image mereka. Dengan lagunya "Bertahan", Five Minutes membuat rekor sebagai lagu dengan debut tertinggi pada chart harian radio airplay, yaitu debut lagu diposisi #3. Five Minutes kembali membuat rekor dengan lagunya "Salah Apa"
Personel:
Nama: Aria Yudhistira (Aria)
Ttl: Bandung, 9 Mei 1981
Posisi: drum
Nama: Richie
Ttl: Bandung, 18 Mei 1983
Posisi: vokal
Nama: Roelhilman (Iroel)
Ttl: Bandung, 20 Januari 1980
Posisi: gitar
Nama: Drie Warnanta (Drie)
Ttl: Bandung, 27 Januari 1974
Posisi: bass
Nama: Ricky
Ttl: Bandung, 4 November 1974
Posisi: keyboard
Discography :
Album studio:
1. Five Minutes (1996)
2. Five Minutes 2 (1997)
3. Ouw (2002)
4. Sekat (2003)
5. Rockmantic (2007)
6. Rockmantic Recpakage (2008)
Malam itu ketika aku melihat indra sedang berdua dengan seorang wanita , aneh damn kaget kenapa indra mengundangku ke kafenya malam ini, " makan malam bareng yuk , aku mau memperkenalkan seseorang kepadamukepadamu"," siapa ndra yang mau kamu kenalin ?" " nanti juga kamu tahu shaz". itulah sms indra siang tadi di hpku kusimpan pertyaan dengan rasa yang berbeda siapa yang akan diperkenalkan oleh indra ke aku padahal semua orang yang dekat dengan indra bahkan keluarga indra aku mengenalnya" hi shaz sendiri aja", sambut indra degan pertanyaan dan senyuman yang sangat kaku" sorry agak terlambat , tadi jalan macet" " kenalin shaz ini Dewi calon istriku", Prak.. entah apa yang terjadi dalam hatiku rasanya hancur berkeping_kepingtiada cahaya , gelap sekali padahal kafemilik indra malam itu sangat terang benderang, sunyi senyap tiada sura inikah patah hati tuhan,,, benarkah , kenapa indra menyebut dengan kata2 calon istriku Indra apakah kamu tidak tahubahwa aku sangat mencintaimu, tidak cukupkah pengorbananku selama ini, terbuat dari apakah hatimu indra...kenapa kau hancurkan hatiku?, kututpirasa gemuruh dalam bathinku,kucoba membimbingnya , kucoba mengerti semuanya tapi apa yang di mengerti? 'Shazi" sambil kusodorkan tangan kepada perempuan itu, "dewi" perempuan itu menyambutku, aku tahu dia sangat perasaanku saat itu,kenapa kau ambil indra dariku, tidak tahukah bahwa aku sangat mencintai dan mendambakanya menjadi suamiku, bisiku di dalam hati " Shaz aku mau menikah setelah minggu depan, aku mau kamu jadi ketua EO nya " suara Indra membuat aku sadar bahwa aku sedang berada di dunia nyata yach.. kenyataan indra akan menikah, " apa ndra kamu akan menikah?, apakah tidak terlalu cepat, bagaimana dengan project kita di jepang, dan kenapa harus aku yang menjadi ketua panitia pernikahanmu"? ku brondong indra dengan pertayaan " sudah kusiapkan semua jawaban atas pertanyaan mu ini shaz, tapi please aku tidak akan menjawabnya mlam ini, please bantu aku untu yang terakhir kali, please aku mohon hanya kamu yang bisa menolong aku saat ini" pegangan tangan indra sangat kuat malam itu di tanganku , kul;ihat wajah perempuan itu dari tadi dia sungguh tidak protes ketika indra memgang tanganku erat.., dia hany a terdunduk " ndra sapa dewi aku tidak mengenelnya,?" " dia anak rean bisnis papahku" " please shaz. please, please" tak kuasa menolak permintaan laki2 yang sangat aku cintai "baiklah ndra aku akan bantu, tapi jelaskan semuanya kepadaku ndra" " ok shaz, nanti aku jelasin semuanya kekamnu setelah pernikahanku" ***29-09-2009 09.00 wib hari itu Indra terlihat sangat tampan dengan stelan jas pengantin warna putih, oh indra kenapa bukan aku di samping mu kenapa harus dewi, kulihat wajah indra tidak cukup bahagia entah ada apa sebenanya yang terjadi, kulihat wajah dewipun tidak bercahaya pagi itu padahal hari ini harusnya mereka bahagia, tidak seperi aku, aku sesungguhnya kecewa da sangat tidak rela membiarkan indra mengucap jajnji sucinya buat perempuan lain, yach.. seharusnya janji itu hanya untuk aku, karena aku tahu walaupun indra tidak pernah mengungkapkan perasaannya , aku sngat tahu bahwa indra menginginkan aku menjadi istrinya****1-10-2009 lelah rasanya hatiku entah betapa berat beban yang kurasakan kehilangan indra untuk selama-lamanya yach tak mungkin aku bersama dia lagi dan mengharapkannya, " hai shaz, bisa ketemu aku di tempat biasa" tlp indra tadi siang " buat apa ndra?, aku ketemu kamu lagi, rasanya hatiku sudah hancur ndra' " shaz aku janji akan menjelaskan semuanya kepadamu dan inilah saatnya", "OK ndra di tempat biasa jam 4 sore ini" "ok shaz, thank you yach bye2","bye2**16.30 wib " maafkan aku shaz aku tahu kamu mencintaiku , aku juga sangat mencintaimu shaz" " sudahlah ndra kamu sudah menikah tidak boleh kamu bilang seperti itu" " tapi ini semua sungguh2 aku tidak pernah mencintai dewi dia sudah hamil shaz" "what?" "iya dia hamil tapi bukan anakku yang di kandungnnya , " " trus kenapa kamu mau menikah dengan dia" " demi papah shaz, demi dia aku menikah dengan dewi, ayah dewi adalah sahabat papah dan rekan bisnis yang sangat dekat" " bagaimana dengan laki2 yang telah menghamili dewi ", " ga jelas shaz dia di luar negeri" " oh.. jadi ini semua permasalahannya, sesungguhnya aku sangat tidak rela melepas kamu ndra karena aku sangat mencintaimu" " sama shaz aku juga sangat mencintaimu, tapi bagaimana ? inilah hidupku shaz, maafkan aku shaz" kugenggam erat tangan indra rasanya tak ingin melepaskanya dan kupeluk penuh dengan kemesraan rasanya tak ingin melepaskannya untuk selamnya " maafkan aku ndra seharusnya aku tidak meemlukmu seperti ini karena kamu sudah menjadi milik orang lain " " aku bahagia shaz memeluk kamu wlwpun ini yang terakhir kali' " Semoga kamu bahagia bersama dewi indra "" sama shaz semoga kamu menemukan laki2 sebaik kamu, yang menjaga kamu selaamanya"
Cinta sampai mati
Siang Pak Rafi, sapa karyawanku ketika dia melintas di hadapanku. Ya namaku adalah Rafi, nama yang diberikan orangtuaku padaku 30 tahun lalu yang mempunyai arti gunung yang tegar seperti adanya aku. Apapun yang terjadi aku tetap tegar setegar gunung sepeti 7 tahun lalu saat aku ditinggal oleh wanita yang sangat aku sayang dan cintai, dia memutuskan menikah dengan orang lain yang entah apa sebabnya, karena aku sangat tau dia, dia pun sangat sayang dan cinta padaku, gadis itu bernama Arum, yang berarti harum seperti adanya dia.7 tahun telah berlalu, akupun telah mempunyai keluarga tapi sangat sulit bagiku tuk melupakan Arum, wanita yang telah membawa separuh hatiku atau bahkan lebih. Aku bisa berkata demikian karena aku sering mambanding bandingkan istriku dengan Arum, dan Arum mempunyai banyak kelebihan daripada istriku. Aku tak bisa menghapusnya dari ingatanku walau sekarang akupun dah mempunyai seorang putra.Apalagi seminggu yang lalu secara tak sengaja ku bertemu dengan wanita yang masih di hatiku, ya aku bertemu Arum. Sempat aku tertegun melihatnya karena dia g banyak berubah hanya sekarang dia agak kurusan tidak seperti terakhir kami bertemu 7 tahun lalu."Arum" sapaku "Eh mas Rafii, bagaimana kabarnya mas?" tanyanya "alhamdulillah baik, kapan pulang ke sini karena kudengar kamu kan di Riau ikut suami?" tanyaku menahan rasa penasaranku juga gembira bisa bertemu dengan wanita yang kucintai walau kutau kami sama sama telah berdua. "Aku sudah 2 bulan di sini mas, aku sama anak-anak saja, mereka kangen neneknya" "kalau papahnya mana, kenapa g' ikut" tanyaku penuh selidik "Papahnya kemarin hanya mengantar aja mas, lalu kembali lagi karena tuntutan kerjaan" jawabnya, aku g' terpikir kalau kita ngobrol di jalan, lalu tanpa sungkan kuajak Arum tuk mampir makan, tapi sayang dia menolaknya, karena dia sudah lama meninggalkan anak-anaknya bersama neneknya, tapi dia memberi no hpnya padaku.Karena rasa gembiraku bertemu lagi dengan Arum, sesampainya di rumah kuberanikan diri telp tanpa setau istriku, dan Arum menyambut telpku dengan suka cita, itu yang kutangkap dari suaranya saat bicara. Acara saling telppun terus berlanjut, kami saling melepas rindu lewat telp, dan dari saling telp juga aku jadi tau bahwa 7 tahun lalu g' ada kesengajaan darinya meninggalkan aku, Arum terpaksa, dia telah dijodohkan oleh orang tuanya. Dan dia juga masih sangat mencintaiku walau diapun telah mempunyai 2 putra, diapun mencintai suaminya walau dijodohkan, itu yang membuatku cemburu meski aku tau itu bukan hak ku.Dari saling telp, kami berlanjut ke pertemuan yang sebenarnya kami sama-sama tau kalau itu adalah perbuatan yang kurang sopan, tapi harus bagaimana lagi perasaan cinta diantara kami masih ada dan mungkin lebih dalam daripada kepada pasangan kita. Tapi yang sangat kuinginkan dari dulu dari Arum adalah menyentuhnya atau menciumnya, itu tak pernah kudapat dari dulu karena dia sangat menjaga diri. "Rum", langsung kugenggam tangannya dan kudekap dia, dan anehnya tak ada penolakan apapun darinya."Mas Rafi boleh melakukan apa saja padaku, aku g' akan menolak mas, sebagai penebus rasa bersalahku meninggalkan mas dulu" itu katanya.Aku tak bisa menerima kerelaan Arum begitu saja karena itu bukan sifatnya."Benarkah apa yang kamu ucapkan Rum?" Aku tau apa yang aku ucapkan mas, dan mas Rafi g' usah ragu untuk itu. Tapi pertemuan kami hari itu harus sampai di situ karena hp Arum berbunyi dan menyuruhnya tuk cepat pulang. "Mas, aku pulang dulu"pamitnya"aku antar saja rum, g' baik kamu pulang sendiri"tawarku, tapi jawabanya "maaf mas lebih baik aku pulang sendiri, apa kata orang bila melihat kita jalan berdua, dan tau bila masing-masing dari kita telah berkeluarga.Seminggu setelah pertemuan itu kami kembali bertemu, dia tampak lebih cantik dari biasanya, Arum dalam pembicaraan banyak meminta maaf, dan dia sering bilang kalau dia masih sangat mencintaiku sama seperti yang dulu, dan di akhir pertemuan kami dia inginkan aku tuk mencium keningnya, dan aku dengan senang hati mencium keningnya, entah mengapa saat aku mencium keningnya hatiku berdebar kencang yang aku sendiri tak tau apa artinya.Hari2 berikutnya kita masih saling telp hingga 1 bulan lamanya, tapi dalam setiap telp, kudengar suaranya yg lemas, tak bertenaga, setiap aku tanyakan katanya tak pa pa. Ku ajak bertemu dia selalu menolak tidak seperti kemarin-kemarin yang selalu meng iyakan setiap ku ajak bertemu tuk sekedar melepas rindu.Setelah dia selau menolak ajakan tuk bertemu, 2 minggu berikutnya ku hubungi dia lewat hpnya tapi selalu tak aktif, sampai 1 minggu aku sabar menunggu siapa tau dia akan menghubungi ku, karena dia masih sangat mencintaiku, tapi apa..ternyata tak ada telp ataupun sms dari Arum."Arum, inikah caramu menyakitiku tuk yang kedua kali" itu yang ada di benakku saat hasilnya nihil menunggu telp dari Arum. Aku seperti orang linglung, di kantor pekerjaanku tak pernah beres, di rumahpun istri dan anakku bingung melihat keadaanku yang seperti benang kusut.Akhirnya dengan sadar diri kuberanikan pergi ke rumah orang tua Arum tuk menanyakan kabar Arum. "Assalamu'alaikum" sapaku setelah sampai rumah Arum "Walaikumsalam, ehh.. nak Rafi ya, lama tidak bertemu, gimana kabarnya dan ada angin apa main ke sini?" tanya ibu Arum memberondongku"saya mau bertemu Arum bu" kataku.Tak kusangka raut wajah seorang ibu yang dulu hampir menjadi mertuaku mendadak berubah dan langsung menangis "Arum sudah pergi nak Rafi" "Pergi ke mana bu, apakah dia sudah kembali ke Riau bersama anak-anak" tanyaku "Tidak nak, Arum pergi tuk selamanya, dia sudah meninggal".Degg jantungku serasa berhenti mendengar penuturan ibunda Arum, benarkah dan benarkah Arum, wanita yang masih aku cintai telah meninggalkanku lagi, tapi ini tak akan bisa kutemui lagi."Arum meninggal karena apa bu?" tanyaku "Arum terkena kanker rahim nak Adi, dia sebenarnya sudah berobat ke banyak dokter, tapi Allah menghendaki lain, 1 bulan sebelum dia meninggal dia sering bepergian katanya mau bertemu teman-temannya, meninggalnyapun baru 3 minggu yang lalu nak Rafi, ohya sepertinya ada titipan surat dari Arum untuk nak Rafi, sebentar ibu ambilkan."tak lama kemudian ibunda arum kembali membawa amlop kecil dan tak berapa lama aku pamit pulang tak lupa kutanyakan dimana Arum dimakamkan, karena aku tak kuat bila lebih lama lagi di rumah orang tua Arum.
Sepulang dari rumah ibunda Arum, aku langsung menuju tempat di mana Arum dimakamkan, dan kubaca surat yang di tulis Arum untukku"Assalamu'alaikum mas Rafi, mas sebelumnya aku minta maaf bila aku buat banyak salah sama mas, dan aku tak pamitan kepada mas, karena aku tak mau membuat hati mas sedih memikirkan penyakitku, sebenarnya aku pulang ke kota ini, karena aku ingin tempat peristirahatanku yang terakhir di kota ini mas, di kota kelahiranku, di kota yang membawa banyak kenangan.Pertama bertemu mas aku sebenarnya ingin curhat tentang penyakitku, tapi sanggupkah aku menceritakan kesedihanku kepada orang yang kucintai, akupun tidak cerita kepada suamiku mas, karena mas Rafi dan suamiku mempunyai kedudukan yang sama di hatiku. Mas jalani hidup ini, bahagiakan istri dan anak mas, kan kubawa cinta ini sampai mati, mas maafkan aku."Tak terasa air mataku jatuh, Berarti pertanda-pertanda sebelum Arum meninggal sebenarnya sudah kurasakan tapi tak kusadari. Ya Allah inikah jalanmu untuk kami, kau pisahkan aku lagi dengannya, tapi ini bukan sementara, tapi selamanya Ya Allah. Engkau biarkan dia menanggung sendiri kesedihannya hingga akhir hayatnya, Kau biarkan dia membawa separuh hatiku bersamanya.Ya Allah aku percaya ini semua adalah yang terbaik yang kau pilihkan tuk kami, Ya Allah terimalah orang yang sangat kucintai, berilah dia tempat yang layak di sisi Mu, AMIENSetelah kubacakan beberapa doa yang aku mampu, aku pergi meninggalkan makam Arum, dan tak lupa kuberucap "Selamat jalan Arum, kan kukenang cintamu dalam hatiku, kan ku kenang saat-saat terakhir bersamamu, kucoba tuk jalani hidup ini seperti pintamu, walau sulit terasa, karena aku sangat mencintaimu."Aku harus tegar setegar gunung seperti namaku "RAFI"
Cinta dan derita
Mereka bilang aku terlalu bodoh untukmu yang sudah menamatkan pendidikan sampai sarjana. Tidak sepadan denganku yang bahkan SMA pun tidak tamat. Mereka bilang aku terlalu miskin untukmu yang sudah dapat membeli rumah dan kendaraan sendiri. Tidak sepadan denganku yang hanya mampu mengontrak dan mencicil sepeda motor butut dengan susah payah. Mereka bilang status sosialku terlalu rendah darimu yang sudah mempunyai perusahaan sendiri. Mereka bilang aku terlalu hina untuk bersanding dengan bosku sendiri. Aku tidak pantas menjadi kekasihmu, bahkan kata mereka. Untuk menjadi temanmu saja aku tidak pantas. Kata mereka aku bukan yang terbaik untukmu.
Aku tidak pernah menyalahkan mereka. Karena tidak ada yang salah dengan perkataan mereka. Aku memang terlalu rendah jika dibandingkan denganmu. Tidak sepadan walau sudah dipaksakan. Mungkin mereka takut jika nanti kita menikah, kau tak bahagia denganku. Pemikiran mereka sangat realistis dan aku memahami itu. Aku memang pria bodoh, tetapi aku tidak sebodoh pria- pria yang tega menelantarkan istri dan anaknya sendiri. Aku pasti akan berusaha semampuku untuk mendapatkan uang demi menafkahi istri dan anakku bagaimanapun caranya, asalkan tidak melanggar batas- batas agama yang aku anut. Yang jelas, aku akan bertanggung jawab atas keluargaku nanti.
Aku tahu aku memang hina. Dan mereka bukanlah satu- satunya yang mengatakan demikian. Tiga kali aku menjalin hubungan dengan wanita dan tiga kali pula aku di perlakukan seperti itu oleh orang- orang terdekatnya. Oleh karena itu, aku tidak heran. Tapi entah bagaimana, kali ini aku lebih merasakan sakit hati dan kesedihan yang paling dalam. Bukan karena perkataan mereka. Tapi karena aku harus menerima kenyataan bahwa lagi- lagi aku harus kehilangan orang yang sangat aku sayangi. Aku menangisi diriku sendiri karena ketidakbergunaanku sebagai laki- laki.
Awalnya, kupikir bahwa segala penderitanku agar berakhir selelah aku menemukanmu. Dengan ucapan- ucapanmu yang begitu meyakinkanku, aku berharap bisa menyandingmu nanti. Rasa optimisku juga meningkat manakala saat kau mengundangku makan malam di rumahmu bersama keluargamu. Aku berharap bisa melamarmu malam itu juga.
Dengan mengenakan jas yang kau berikan kepadaku khusus untuk malam itu, aku menuju ke rumahmu dengan perasaan yang sulit untuk ku ucapkan. Tidak lupa kuselipkan kotak cincin di dalam saku jasku untuk melingkarkan isinya nanti di jari manismu. Langkah kakiku terasa ringan malam itu, saat kupacu motor bututku saja aku merasa seperti terbang. Sepeda motorku terasa sangat ringan saat ku kendarai. Entah bagaimana, perasaanku begitu bahagia pada malam itu. Seumur hidupku, tidak pernah kurasakan kebahagian yang teramat sangat seperti malam ini.
Ternyata kebahagiaanku hanya sampai pada saat itu saja, selebihnya aku kembali merasakan kepahitan yang sama seperti biasanya. Selama makan malam berlangsung, keluargamu mulai bertanya- tanya tentang diriku dan keluargaku. Setelah makan malam selesai, suasana menjadi hening, Lalu aku berinisiatif untuk melamarmu. Tetapi, ternyata lamaranku ditolak mentah- mentah oleh keluargamu. Aku tidak heran dengan semua itu apalagi dengan cacian dari mereka. Aku tahu bahwa lamaranku akan di tolak setelah kulihat perubahan di wajah mereka sewaktu aku menceritakan tentang diri dan keluargaku.
Yang membuat aku heran adalah saat ayahmu tiba- tiba saja memarahimu karena dia merasa kamu telah membohongi keluarga. Aku heran mengapa dia mengatakan demikian. Saat aku melihat wajahmu, aku tahu jawabannya atas kemarahan ayahmu itu. Pantas saja selama tadi aku menceritakan segala kehidupanku kepada keluargamu, kau tertunduk dan hanya sesekali menyunggingkan senyum yang seolah dipaksakan. Kau telah bercerita palsu tentang diriku kepada keluargamu.
Lalu aku pulang dengan perasaan hancur yang tak tertahan. Dalam hatiku ada sedikit kekecewaan padamu. Aku tahu kau ingin aku diterima oleh keluargamu. Tetapi seharusnya kamu tahu bahwa kebohonganmu itu pasti akan terbongkar dan akan berdampak pada hubungan kita.
Aku menangis. Aku tahu seharusnya aku tidak boleh menangis. Sebagai laki- laki, menangis adalah hal yang harus kuhindari. Tetapi, entah mengapa air mata ini tak bisa berhenti. Aku tahu, setelah ini aku akan jarang bertemu denganmu, atau bahkan sudah tidak akan pernah bisa bertemu lagi denganmu. Aku tidak mau itu terjadi, tetapi aku tahu itu akan terjadi. Mungkin karena itu aku menangis.
Setelah kejadian malam itu, kita jarang bertemu. Saat bertemu pun, kamu selalu gelisah karena takut ketahuan jika kamu berhubungan lagi denganku. Hubungan kita seolah selesai tanpa ada penyelesaian. Sampai akhirnya kau dijodohkan dengan pria lain. Hatiku hancur saat tahu kabar itu. Hampir saja aku mengakhiri hidupku jika saja tidak ada temanku yang melihatku ingin terjun bebas dari atas gedung tempat kita bekerja dulu.
Pekerjaanku telah aku tinggalkan seminggu setelah aku tahu kabar pernikahanmu. Aku benar- benar sudah gila saat itu. Setiap hari yang kupikirkan hanyalah bagaimana caranya aku mati. Tak ada harapan lagi bagiku untuk hidup. Dengan mengakhiri hidupku, aku tidak akan merasakan jatuh cinta, tidak ada lagi penghinaan dan tidak ada lagi air mata yang menyedihkan. Aku akan terbebas dari jatuh cinta yang memuakkan serta dari semua penderitaanku selama ini.